Menjujung Tinggi Nilai-Nilai Islam Rahmatan Lil Alamin

Kemajuan peradaban Islam yang telah menjunjung tinggi nilai-nilai Islam yang Rahmatal lil A’lamin telah dipraktikan selama 15 abad dimuka bumi ini. Implementasi rahmat bagi semesta alam sudah meluas hampir ke berbagai belahan dunia. Islam adalah agama yang diturunkan Allah untuk menebar rahmat (cinta kasih) bagi alam semesta. Pesan kerahmatan dalam Islam benar-benar tersebar dalam teks-teks Islam, baik dalam Qur’an maupun Hadits.

Sejarah peradaban umat Islam dari periode klasik hingga modern mengalami masa-masa pasang dan surut. Berdasarkan teori periodisasi dari Harun Nasution, masa-masa kejayaan peradaban Islam berada pada awal periode klasik (650-1000 M). Pada masa tersebut terjadi ekspansi dan integrasi (penyatuan wilayah), sedangkan bagian kedua dari periode klasik (1000-1250M) adalah masa mulai munculnya benih-benih perpecahan, meskipun masih berjaya.

Islam Rahmatal lil’alamin adalah Islam yang kehadirannya di tengah kehidupan masyarakat mampu mewujudkan kedamaian dan kasih sayang bagi manusia maupun alam. Rahmatal lil’alamin adalah istilah Qurani dan istilah itu sudah terdapat dalam al-Quran, yaitu sebagaimana firman Allah Swt. dalam Surat al- Anbiya’/21:107:

وَمَا أَرْسَلْنَاكَ إِلَّا رَحْمَةً لِلْعَالَمِينَ ﴿ ١٠٧

(wamaa arsalnaaka illaa rahmatan lil'aalamiina)

Artinya :
Dan tiadalah kami mengutus kamu, melainkan untuk (menjadi) rahmat bagi semesta alam.

Ayat tersebut menegaskan bahwa kalau Islam dilakukan secara benar, dengan sendirinya akan mendatangkan rahmat untuk orang Islam maupun untuk seluruh umat dan alam semesta.

Dalam konteks Islam rahmatan lil’alamin, Islam telah mengatur tata hubungan yang menyangkut aspek teologis, ritual, sosial, dan humanitas.
  1. Dalam segi teologis, Islam memberi rumusan tegas yang harus diyakini oleh setiap pemeluknya, tetapi hal ini tidak dapat dijadikan alasan untuk memaksa nonmuslim memeluk Islam.
  2. Dalam tataran ritual yang memang sudah ditentukan operasionalnya dalam al-Qurān dan Hadis. 
  3. Dalam konteks sosial, Islam sesungguhnya hanya berbicara mengenai ketentuan-ketentuan dasar atau pokok-pokoknya yang pemahamannya diperlukan tafsir secara detail dan komprehensif tergantung pada kesepakatan dan pemahaman masing-masing komunitas, yang tentu memiliki keunikan berdasarkan keberagaman lokalitas nilai dan sejarah yang dimilikinya. Entitas Islam sebagai rahmatal lil’alamin mengakui eksistensi pluralitas karena Islam memandang pluralitas sebagai sunnatullah, yaitu fungsi pengujian Allah Swt. pada manusia, fakta sosial, dan rekayasa sosial (social engineering) kemajuan umat manusia dan peradaban Islam.

Meyakini bahwa Islam adalah rahmatan lil a’lamin yang dapat memajukan peradaban dunia dan meyakini pula bahwa kemunduran umat Islam di dunia, sebagai bukti penyimpangan dari ajaran Islam yang benar. Oleh karena itu, mempelajari peradaban Islam di dunia, khususnya perkembangan di bidang ilmu pengetahuan mutlak dilakukan, karena dunia Islam pernah menjadi pusat ilmu dan peradaban dunia.

Islam sangat terbuka menerima ilmu dan teknologi sepanjang memberi manfaat bagi kemaslahatan umat sebagaimana dicontohkan oleh para ulama assalafus shalih dan para cendekiawan muslim.

Menerapkan Perilaku Mulia
Pemahaman tentang peradaban Islam di dunia, khususnya di bidang ilmu pengetahuan mutlak dilakukan, karena dunia Islam pernah menjadi pusat ilmu dan peradaban dunia. Kajian tentang peradaban Islam di dunia bukan untuk nostalgia semata, tetapi yang lebih penting dapat digunakan sebagai:
Kemajuan peradaban Islam yang telah menjunjung tinggi nilai Menjujung Tinggi Nilai-Nilai Islam Rahmatan Lil Alamin
  1. Kajian ilmiah bahwa kejayaan Islam pernah terbukti ada di dunia serta menjadi pusat peradaban dan ilmu pengetahuan;
  2. Untuk tetap memelihara semangat membangun dalam rangka mencapai kemajuan di segala bidang, khususnya penguasaan ilmu pengetahuan;
  3. Ilmu bukan sekedar ilmu, namun semakin banyak ilmu yang didapatkan harus semakin lurus hidupnya, lebih bertaqarrub/mendekatkan diri kepada Allah Swt., dan semakin banyak kemaslahatan dalam visi kemanusiaan;
  4. Memiliki etos yang tinggi dalam menggapai ilmu pengetahuan, melalui berbagai macam penelitian dan eksperimen/percobaan agar kualitas diri dan umat Islam, menempati posisi yang bermartabat dalam kancah persaingan nasional dan global;
  5. Mengambil pelajaran dan contoh (uswah) bagaimana caranya umat Islam dahulu mampu menjadi Negara Super Power dunia, pusat peradaban dan ilmu pengetahuan;
  6. Timbul tanggung jawab yang tinggi untuk senantiasa memperjuangkan tercapainya kemuliaan Islam dan kaum muslimin demi kesejahteraan umat manusia secara menyeluruh;
  7. Mempertahankan kebiasaan lama yang baik, yang dicontohkan oleh para ulama assalafus shalih dan para cendekiawan muslim, sekaligus mengambil sesuatu yang baru yang lebih baik;
  8. Mempunyai motivasi untuk lebih mendalami Islam dari sumbernya yakni al-Qurān dan hadis;
  9. Rajin belajar dan selalu meningkatkan wawasan, sikap, dan keterampilan.

Pada masa keemasannya, peradaban Islam mengalami kemajuan di semua bidang kehidupan. Di bidang sains dan keagamaan misalnya, hampir semua disiplin keilmuan mengalami kemajuan, seperti; filsafat, kedokteran, astronomi, matematika, fisika, kimia, sejarah, geografi, geometri, kesenian, bahasa, sastra, kepustakaan, fiqih, tasawuf, dan bidang lain.

Pada setiap disiplin keilmuan tersebut, terlahir banyak pakar. Banyak di antaranya bukan hanya pakar di satu bidang saja, melainkan juga ahli di berbagai bidang keahlian. Para ilmuwan tersebut banyak memberikan sumbangan nyata dalam memelopori kebangkitan dan pencerahan dunia, terutama Eropa dan sekitarnya.

Banyak tokoh dan ahli sejarah dari kalangan mereka yang secara jujur mengakui besarnya peran peradaban umat Islam terhadap dunia Barat. Di antara ilmuwan Islam yang dimaksud adalah; Al-Kindi, Al-Farabi, Al-Battani, Ibnu Sina, Ibnu Rusyd, Ibnu Batutah, Jabir Ibnu Hayyan, Umar Khayyam, Ibnu Nafis, dan lain-lain.

Para ilmuwan Islam tersebut juga banyak meninggalkan bukti fisik karya mereka, baik dalam bentuk arsitektur bangunan atau pun yang lain. Masjid Kordoba, masjid Sultan Ahmet, Universitas Al-Azhar, makam Tajmahal, observatorium Margha, dan museum Aya Sofia, adalah sedikit dari sekian banyak bukti kejayaan peradaban Islam di masa lalu.

Hal terpenting bagi kita setelah mempelajari semua fakta sejarah peradaban umat Islam di masa lalu, menganalisis faktor pendukung kemajuan dan kemunduran, adalah mengambil ibrah (pelajaran) agar kita dapat mengulang kembali masa kejayaan tersebut dan mengantisipasi faktor yang meyebabkan
kemunduran.